Teori 16 Tipe Kepribadian MBTI

Dear Tipeku Readers! Selain deretan 4 huruf yang mengindikasikan kepribadian seseorang, kamu pasti juga pernah mendengar tentang fungsi kognitif MBTI. Fungsi yang digunakan pada tipologi buatan Myers dan Briggs tersebut pada dasarnya merupakan konsep tentang proses mental yang awalnya ditulis oleh Carl Jung. Selama melakukan praktik psikologi, Jung menemukan adanya 8 kategori proses mental para pasiennya. Myers dan Briggs kemudian menyederhanakan kedelapan fungsi tersebut dengan skema seperti ini:

Fungsi Kognitif MBTI

Contohnya saja tipe MBTI INTP. Maka I-nya adalah Introvert, N-nya Intuitif, T-nya Thinking, sementara P-nya Perceiving. Meski mudah dipahami dan cukup masuk akal, namun penyederhanaan tersebut mereduksi teori kognisi yang jauh lebih kompleks.

INTP sejatinya bukan sekedar introvert dengan intuisi kuat dan pemikir ulung. Berdasarkan fungsi kognitifnya, INTP adalah tipe Introverted Thinking yang didukung dengan Extraverted Intuition (TiNe). Mereka memiliki Si di posisi ketiga dan Fe di posisi inferior yang bersifat lemah. Kira-kira seperti ini aksisnya secara umum.

aksis fungsi kognitif

Fungsi dominan adalah fungsi yang sangat mempengaruhi jati diri hingga kehidupan seseorang. Fungsi ini secara terus-menerus menekan fungsi inferior. Fungsi auksiliari adalah fungsi yang digunakan untuk mendukung fungsi pertama. Di posisi kedua, fungsi aux tak pernah menjadi tujuan utama. Terakhir, fungsi tertiari merupakan fungsi fragil yang jarang digunakan dibanding fungsi kedua. Sifatnya tak selemah inferior, namun sulit diandalkan.

8 Fungsi Kognitif MBTI

Cognitive Function MBTI bisa dibagi menjadi 2 kategori utama. Yang pertama adalah fungsi judgment atau penilaian, sementara yang kedua adalah fungsi persepsi. Fungsi judgment bersifat rasional karena memutuskan sesuatu menggunakan standar tertentu (bisa logika, bisa etika). Sementara fungsi persepsi bersifat irasional sebab hanya mengambil data tanpa menggunakan standar benar-salah maupun etis-tak etis. 

Contohnya begini: Kenapa sih acara pramuka doang sampai harus naik gunung?

Fungsi rasional Thinker: “Ya kan salah satu tujuan pramuka untuk menguji kemampuan kita survive di alam!”
Fungsi rasional Feeler: “Yah, anggap aja ini sebagai cara untuk meningkatkan kebersamaan. Kan pramuka selain mengajarkan kita skill-skill teknis, juga mengajarkan kita untuk bisa bekerja sama satu sama lain, punya tanggung jawab sosial, dan paham lingkungan sendiri.”
Fungsi irasional Sensing: “Ya kan seru bisa naik gunung!”
Fungsi irasional Intuition: “Menurutku sih, nanti akan ada banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dari naik gunung!”

Perhatikan bagaimana fungsi rasional Thinker menggunakan serangkaian prinsip logis dalam jawabannya. Begitu juga fungsi rasional etik yang menggunakan alasan kebersamaan sampai kesadaran sosial. Meski berbeda, keduanya punya alasan yang menggambarkan suatu proses pengambilan simpulan dengan alur yang runut.

Di sisi lain, fungsi irasional Sensing mengatakan para siswa harus naik gunung semata-mata karena naik gunung itu seru. Adapun fungsi irasional Intuition “menduga” akan ada banyak manfaat dari naik gunung. Alasan mereka terkesan irasional dan tidak pasti sebab jawaban keduanya didasarkan pada fungsi persepsi, bukan analisis logika maupun etika.

Fungsi Kognitif Rasional (Judging)

Thinker dan Feeler

Dalam menilai sesuatu, manusia bisa menggunakan logika maupun memakai pertimbangan etika, moral, dan personal. Mereka yang lebih sering menggunakan logika adalah orang-orang bertipe Thinker. Sementara mereka yang lebih mengutamakan aspek etika, moral, dan nilai personal  adalah orang-orang bertipe Feeler atau F.

Perlu diketahui bahwa tiap Thinker juga memiliki sisi Feeler. Begitu juga dengan tiap Feeler yang memiliki sisi Thinker. Hanya saja, orang-orang bertipe T lebih senang menggunakan logika murni. Sementara orang-orang bertipe F lebih senang menggunakan pertimbangan etika, moral, dan nilai personal.

Fungsi T dan F juga senantiasa bertentangan satu sama lain. Itulah yang membuat seseorang kadang menghadapi dilema atau perang batin. Misal, ingin membantu seseorang namun harus berpikir “logis” karena keuangannya mepet. Atau, ingin mengatakan temannya salah, namun merasa tidak etis untuk berkata blak-blakan.

Contoh lain:

Anya hari ini sedang berulang tahun. Sahabatnya, Luna memberikan kado boneka beruang. Padahal Anya sudah pernah bercerita ia tidak suka boneka beruang yang mengingatkannya pada mantannya. Anya ingin berkata bahwa ia tidak menyukai kado tersebut. Namun ia memutuskan untuk tetap berterima kasih dengan memperhatikan aspek persahabatan, ajaran agama, dan kesopanan. Nilai-nilai yang digunakan Anya pada kejadian tersebut adalah nilai-nilai F berupa value personal, etika, serta moral agama.

!Catatan penting: F dan T tidak ada hubungannya dengan IQ maupun kebaikan!

Seseorang yang sangat pintar bisa saja bertipe F, sebab ia selalu memutuskan menggunakan etika dan moral dibanding ‘cold logic’. Sementara itu, seseorang bertipe T bisa saja lebih baik dibanding tipe F, sebab ia adalah sosok yang jujur dibanding temannya yang F dom yang suka memanipulasi orang lain dengan alasan etika.

Thinker (T)

Thinker Te dan Ti

Thinker, seperti yang sudah ditulis sebelumnya merupakan fungsi kognitif MBTI yang menggunakan standar logika. Mereka yang berkepribadian Thinker bisa dibagi menjadi dua, yaitu Te dan Ti.

Te lebih mengutamakan standar keilmuan eksternal hingga empirisme (bukti serta informasi) sementara Ti lebih mengutamakan logika murni atau rasionalitas subjektifnya. Te fokus pada aplikasi pengetahuan, strategi, efektivitas, serta untung rugi, sementara Ti fokus pada struktur berpikir, sistematika suatu ilmu, teori, hingga pengetahuan abstrak.

!Catatan: Seseorang yang Te-nya tinggi, kadang Ti-nya juga biasanya tinggi. 

Buat kamu yang ingin belajar lebih lanjut mengenai Te dan Ti, silahkan baca lebih lanjut di artikel berikut ini.

Feeler (F)

Fe dan Fi

Berbeda dengan tipe T, orang-orang bertipe Feeler menggunakan rasionalisasi berdasarkan nilai-nilai personal hingga etika seperti mood kelompok, adab, sopan santun, agama, etika sekuler, sampai idealisme pribadi. 

Tipe F juga bisa dibagi menjadi 2, yakni Fe atau Extraverted Feeling, dan Fi atau Introverted Feeling. Tipe Fe mengandalkan sumber eksternal dalam bersikap. Mereka bisa menggunakan norma-norma di masyarakat baik yang agamis maupun sekuler. Namun secara umum, mereka selalu membaca mood orang-orang di sekitarnya sebagai pertimbangan untuk memutuskan sesuatu. Misal, saat mengalami mogok di perjalanan, tipe Fe akan menangkap mood orang-orang di sekitarnya. Jadi ketika tipe T fokus memperbaiki kendaraan yang mogok, tipe Fe akan mencoba menenangkan orang-orang yang sedang stres tersebut.

Berbeda dengan tipe Fe, tipe Fi menggunakan idealisme pribadi. Mereka lebih sering mempertanyakan “hati” atau diri mereka sendiri daripada membaca orang-orang di lingkungannya. Dalam situasi mogok, misalnya, Fi user akan mengevaluasi bagaimana etika yang harus ia terapkan. Ia tetap harus sopan sebab kejadian mogok tersebut bukan kesalahan yang disengaja. Karena itulah, saat sebagian penumpang lain memarahi si driver, ia memilih diam tak terpengaruh orang-orang. 

Catatan: Seseorang yang Fe-nya tinggi (dominan/aux), kadang Fi-nya juga tinggi.

Buat kamu yang ingin belajar lebih lanjut mengenai Fe dan Fi, silahkan baca lebih lanjut di tautan berikut ini.

Fungsi Kognitif Irasional (Perceiving)

S dan N

Selain kategori fungsi kognitif rasional atau judging, dalam teori kepribadian MBTI, juga ada fungsi persepsi atau penyerap data dan informasi. Secara umum, fungsi persepsi bisa dibagi menjadi 2, yaitu:

  1. Sensing
  2. Intuiting

Sensing adalah fungsi persepsi yang memberatkan pada kinerja kelima indera (penglihatan, pendengaran, pengecap, peraba, dan pencium) dan berbagai pengalaman fisik secara umum. Sementara intuiting memberatkan pada hal-hal yang tidak bisa diindera namun dapat diprediksi, diduga, hingga dimungkinkan.

Karena perbedaan tersebut, orang-orang S cenderung menikmati hidup saat ini. Mereka menikmati momen kehidupan dengan sepenuhnya. Sementara orang-orang bertipe N memiliki tendensi hidup dengan sifat antisipatif, menghindari resiko, menduga-duga, dan sejenisnya.

Sensing (S)

Se dan Si

Fungsi S bisa dibagi menjadi 2, yakni Extraverted Sensing dan Introverted Sensing. Se atau Extraverted Sensing adalah fungsi kognitif MBTI yang fokus pada pengambilan data secara objektif. Bila mereka melihat mawar merah, mereka akan menyebutnya mawar merah. Demikian pula bila mereka mencium bau bawang, mereka akan mengatakan bau bawang. Dalam kehidupan sehari-hari, tipe ini juga tak terlalu suka berasumsi dan menduga-duga.

Tak jarang Se dominan jadi ketagihan dengan “adrenalin” dan menyukai berbagai kesenangan berbasis materi. Beberapa tokoh Tipologi menyebut bahwa Se dominan biasanya menyukai benda-benda mahal, fashion yang indah, hingga aktivitas yang menyenangkan.

Introverted Sensing di sisi lain adalah fungsi kognitif MBTI pada domain persepsi yang memberatkan pada penggunaan lima indera secara subjektif. Bagi mereka yang bertipe Si, mawar merah tidak selalu bermakna mawar merah. Mawar merah bisa memberikan atmosfer romantis yang mengingatkannya pada mantannya terdahulu. Begitu pula dengan bau bawang. Bau bawang bisa membuat orang Si mengingat dapur di rumah tantenya yang saat kecil sering ia kunjungi. 

Bisa dikatakan, Si atau Introverted Sensing adalah sensor yang hidup di dalam kepalanya. Mereka tak suka menduga-duga namun memiliki cara pandang yang kurang realistis tentang dunia. Pandangan mereka sangat dipengaruhi oleh diri mereka sendiri dan pengalamannya terdahulu.

Buat kamu yang ingin belajar lebih lanjut mengenai Se dan Si, silahkan baca lebih lanjut di link berikut ini.

Intuitive (N)

Ne dan Ni

Fungsi intuitive atau N, sebagaimana fungsi kognitif MBTI yang lain, juga bisa dibagi menjadi dua, yaitu Ne dan Ni. Ne adalah singkatan dari Extraverted Intuition sementara Ni adalah singkatan dari Introverted Intuition.

Extraverted Intuition adalah fungsi intuitif yang bersifat objektif atau berorientasi pada objek. Orang-orang Ne secara otomatis akan melihat berbagai kemungkinan, peluang, potensi, bakat, hingga tebakan atas suatu benda maupun manusia.

Contoh, bagi kebanyakan orang, buku hanyalah buku. Tapi bagi Ne dom, buku lebih dari sekedar buku. Mereka akan secara otomatis membayangkan buku tersebut diubah menjadi benda seni, alat untuk berkelahi, sampai komoditas untuk diperjual-belikan. Ne, sebagaimana Te dan Se, adalah fungsi yang menurut Carl Jung bisa sukses di dunia bisnis karena kemampuan tersebut. 

Terakhir, Introverted Intuition atau Ni adalah fungsi kognitif MBTI yang fokus pada intuisi subjektif atau internal. Orang-orang Ni akan melihat sebab akibat (dampak di masa depan), membaca trend, melihat visi, dan sering mendapat firasat hingga “pencerahan.” Ni, karenanya sering digambarkan sebagai sosok yang imajinatif dan bahkan mistik.

Silahkan klik tautan berikut ini untuk belajar lebih jauh mengenai Ne dan Ni.

Bagaimana? Sudah clear dengan penjelasan di atas? Meski tes bisa digunakan untuk menentukan tipe MBTI kita, namun pemahaman dasar mengenai fungsi kognitif tetaplah harus dipahami. Jadi, kita tidak terjebak dalam stereotyping yang salah dan dangkal.

You cannot copy content of this page